MACAM-MACAM
KAFIR
Mei 3, 2013
Ustaz Fathul Bari Mat
Jahya
Soalan: Apakah perbedaan
kafir zimmi dengan kafir harbi?
Jawapan:
Kafir terbagi kepada
empat jenis; Kafir zimmi, kafir mu’ahad, kafir harbi, kafir musta’man.
Kafir zimmi: yaitu orang kafir yang meminta perlindungan
dari negara-negara Islam untuk melindungi mereka dengan syarat mereka perlu
membayar UANG perlindungan. Al-dzim bermaksud perlindungan.
Apabila dia meminta
perlindungan daripada orang Islam, dia tetap kafir. Orang Islam memberi
perlindungan kepadanya dengan syarat yang perlu ditunaikan seperti membayar
cukai, ufti dan seumpamanya.
Seperti mana kerajaan
Islam di bawah pemerintahan Umar memberi perlindungan kepada kerajaan Spanyol
dahulu. Mereka perlu membayar kepada kerajaan Islam setiap tahun sebanyak 10
ribu dinar emas. Maka dengan itu umat Islam haram menyakiti atau mengambil
hak-hak orang kafir dzimmi.
Sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadis,
مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا فِيْ كُنْهِهِ – أَيْ فِيْ عَهْدِهِ
وَأَمَانِهِ- فَلَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ
“Siapa yang membunuh
orang kafir yang ada perjanjian dalam kunhi-nya (dalam penjanjian dan jaminan
keamanan padanya), maka dia tidak akan mencium bau surga.” (Ahmad dan Abu
Dawud)
Kafir mu’ahad: iaitu orang kafir yang ada perjanjian dengan
orang Islam, seperti mana orang kafir yang ada di dalam negara kita. Mereka ada
perjanjian dengan kita. Mereka merupakan rakyat dalam negara ini.
Selama mana mereka
mematuhi perundangan dan perjanjian dalam negara ini maka mereka adalah kafir
mu’ahad. Jadi umat Islam dilarang menyakiti mereka, umat Islam dilarang
mengambil harta dan hak mereka, hukumnya haram karena mereka adalah orang kafir
yang telah mengikat perjanjian dengan kita. Tidak boleh kita sakiti mereka atau
melanggar penjanjian yang dibuat dengan mereka.
Kafir Musta’man: yaitu orang kafir pelarian, contohnya yang
datang dari Bosnia, Pakistan, India, China dan sebagainya. Sekiranya dia adalah
pelarian, masuk ke negara kita dan meminta perlindungan dari kita dan kita pun
memberikan perlindungan kepada mereka. Seperti mana disebutkan oleh Allah di
dalam Al-Quran,
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى
يَسْمَعَ كَلامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ
لا يَعْلَمُونَ
“Dan jika seorang di
antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka
lindungilah dia supaya dia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah
dia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak
mengetahui.” (Surah At-Taubah: 6)
Haram bagi umat Islam
menyakiti kafir musta’man, kita beri mereka masuk dan kita berikan perlindungan
kepada mereka.
Kafir harbi: iaitu kafir yang kita perangi mereka (dengan
mengikut ketentuan Syarak). Mengapa kita memerangi mereka adalah karena mereka
melanggar perjanjian yang termeterai antara mereka dengan kaum Muslimin,
seperti Yahudi di Madinah.
Nabi masuk ke Madinah
dan orang Yahudi sudah ada di Madinah. Nabi membuat perundangan Islam di
Madinah (Piagam Madinah) yang ada di dalamnya 47 fasal. 21 daripadanya adalah
untuk menjaga kepentingan kabilah-kabilah Yahudi seluruh Madinah; Bani
Qainuqa’, Bani Nadzir, Bani Quraidzah, dan lain-lain.Jadi apabila ada
perjanjian, Nabi melarang mengambil hak Yahudi dan Nabi melarang umat Islam
menyakiti Yahudi. Tetapi apabila Yahudi melanggar perjanjian dan bekerjasama
dengan orang kafir Makkah untuk menyerang Umat Islam di Madinah, maka
disebabkan mereka telah melanggar perjanjian, hukumnya mereka ini diperangi dan
mereka menjadi kafir harbi.Selain daripada melanggar perjanjian, kafir harbi
juga adalah orang kafir yang menghina Islam secara terbuka, dan
merendah-rendahkan kedudukan Islam.Namun hukum kafir harbi ini bukanlah hukuman
yang kecil, ia hukuman yang berat karena kafir harbi ini sampai ke tahap dia
boleh dibunuh. Oleh sebab itu jangan kita sewenang-wenangnya menuduh puak itu
kafir harbi atau puak ini kafir harbi. Urusan menjatuhkan hukuman, kita
serahkan kepada pihak yang berwajib.Kita menasihatkan supaya semua pihak, Umat
Islam dan bukan Islam agar memahami dan mematuhi sistem perundangan dan
perlembagaan dalam negara ini. Dengan itu barulah sensitiviti semua pihak dalam
bermasyarakat dan perbedaan agama di tanah air kita dapat dijaga dan
dipelihara.
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar