CIRI KHAWARIJ: Tak Mengamalkan Al Qur’an dan
Membunuh Muslim
1 Votes
Rasulullah
saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku adaorang-orang
yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh
orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka
keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku
mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad.
(Shahih Muslim No.1762)
Satu
dari ciri kaum Khawarij menurut Nabi Muhammad adalah mereka membaca Al Qur’an
dan Hadits, namun tidak diamalkan. Ucapannya tidak melampaui kerongkongan
mereka. Hanya di mulut saja. Al Qur’an dan Hadits tak sampai ke otak mereka.
Tidak dipahami. Karena taqlid pada Syekh mereka, penafsirannya bertentangan
dengan Jumhur Ulama. Akibatnya selain mencaci sesama Muslim dengan kata-kata yang
menyakitkan seperti Ahli Bid’ah, Kuburiyyun (Penyembah Kuburan), Musyrik,
Sesat, Kafir, dsb, saat kuat, mereka membunuh sesama Muslim. Khalifah Ali
adalah korban pembunuhan Khawarij yang pertama karena menurut kaum Khawarij Ali
sudah sesat/kafir.
Ini karena
usia mereka masih muda. Lemah akal. Banyak yang dari kecil hingga SMA tidak
pernah belajar agama Islam di pengajdian atau masjid, tahu-tahu di universitas
belajar Islam dari kelompok yang ekstrim. Akibatnya saat aliran itu sesat,
mereka keluar dari Islam meski mereka merasa berpegang kepada Al Qur’an dan
Sunnah:
Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)
سيخرج
في آخر الزمان قوم أحدث الأسنان سفهاء الأحلام
“Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih
muda, dan bodoh, mereka mengatakan sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca Al
Qur’an tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din
(agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
يخرج
قوم من أمتي يقرئون القرآن يحسبون لهم وهو عليهم لاتجاوز صلاتهم تراقيهم
“Suatu kaum dari umatku akan keluar membaca Al Qur’an, mereka
mengira bacaan Al-Qur’an itu menolong dirinya padahal justru membahayakan
dirinya. Shalat mereka tidak sampai kecuali pada kerongkongan
mereka.” (HR. Muslim)
يحسنون
القيل ويسيئون الفعل يدعون إلى كتاب الله وليسوا منه في شيء
“Mereka baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat, mengajak
untuk mengamalkan kitab Allah padahal mereka tidak menjalankannya sedikitpun.”
(HR. Al-Hakim)
Berbagai
ayat Al Qur’an dan Hadits mereka pakai, namun kesimpulan lain yang mereka dapat
dan amalkan. Berbagai larangan Allah dalam Al Qur’an seperti Su’u Zhon (Buruk
Sangka), Mengolok-olok sesama, Mengkafirkan sesama Muslim, dan membunuh sesama
Muslim. Berbagai caci-maki terhadap sesama Muslim seperti Ahlul Bid’ah, Sesat,
Kafir dan sebagainya terlontar dari mulut mereka.
Kaum
Khawarij ini merasa paling benar. Bahkan Khawarij pertama merasa lebih benar
dari Nabi sehingga menuduh Nabi tidak adil. Khawarij masa kini menuduh Jumhur
Ulama yang merupakan Pewaris Nabi sebagai tidak adil. Contohnya ada Khawarij
bilang sejumlah ulama besar adalah sesat atau pembela aliran sesat:
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra., ia berkata:
Ali ra. yang sedang berada di Yaman, mengirimkan emas yang masih dalam bijinya kepada Rasulullah saw., kemudian Rasulullah saw. membagikannya kepada beberapa orang, Aqra` bin Habis Al-Hanzhali, Uyainah bin Badr Al-Fazari, Alqamah bin Ulatsah Al-Amiri, seorang dari Bani Kilab, Zaidul Khair At-Thaiy, seorang dari Bani Nabhan. Orang-orang Quraisy marah dan berkata: Apakah baginda memberi para pemimpin Najed, dan tidak memberikan kepada kami? Rasulullah saw. bersabda: Aku melakukan itu adalah untuk mengikat hati mereka. Kemudian datang seorang lelaki yang berjenggot lebat, kedua tulang pipinya menonjol, kedua matanya cekung, jidatnya jenong dan kepalanya botak. Ia berkata: Takutlah kepada Allah, ya Muhammad! Rasulullah saw. bersabda: Siapa lagi yang taat kepada Allah jika aku mendurhakai-Nya? Apakah Dia mempercayai aku atas penduduk bumi, sedangkan kamu tidak mempercayai aku? Lalu laki-laki itu pergi. Seseorang di antara para sahabat minta izin untuk membunuh laki-laki itu (diriwayatkan bahwa orang yang ingin membunuh itu adalah Khalid bin Walid), tetapi Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara bangsaku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Ali ra. yang sedang berada di Yaman, mengirimkan emas yang masih dalam bijinya kepada Rasulullah saw., kemudian Rasulullah saw. membagikannya kepada beberapa orang, Aqra` bin Habis Al-Hanzhali, Uyainah bin Badr Al-Fazari, Alqamah bin Ulatsah Al-Amiri, seorang dari Bani Kilab, Zaidul Khair At-Thaiy, seorang dari Bani Nabhan. Orang-orang Quraisy marah dan berkata: Apakah baginda memberi para pemimpin Najed, dan tidak memberikan kepada kami? Rasulullah saw. bersabda: Aku melakukan itu adalah untuk mengikat hati mereka. Kemudian datang seorang lelaki yang berjenggot lebat, kedua tulang pipinya menonjol, kedua matanya cekung, jidatnya jenong dan kepalanya botak. Ia berkata: Takutlah kepada Allah, ya Muhammad! Rasulullah saw. bersabda: Siapa lagi yang taat kepada Allah jika aku mendurhakai-Nya? Apakah Dia mempercayai aku atas penduduk bumi, sedangkan kamu tidak mempercayai aku? Lalu laki-laki itu pergi. Seseorang di antara para sahabat minta izin untuk membunuh laki-laki itu (diriwayatkan bahwa orang yang ingin membunuh itu adalah Khalid bin Walid), tetapi Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara bangsaku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra., ia berkata:
Seseorang datang kepada Rasulullah saw. di Ji`ranah sepulang dari perang Hunain. Pada pakaian Bilal terdapat perak. Dan Rasulullah saw. mengambilnya untuk diberikan kepada manusia. Orang yang datang itu berkata: Hai Muhammad, berlaku adillah! Beliau bersabda: Celaka engkau! Siapa lagi yang bertindak adil, bila aku tidak adil? Engkau pasti akan rugi, jika aku tidak adil. Umar bin Khathab ra. berkata: Biarkan aku membunuh orang munafik ini, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Aku berlindung kepada Allah dari pembicaraan orang bahwa aku membunuh sahabatku sendiri. Sesungguhnya orang ini dan teman-temannya memang membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1761)
Seseorang datang kepada Rasulullah saw. di Ji`ranah sepulang dari perang Hunain. Pada pakaian Bilal terdapat perak. Dan Rasulullah saw. mengambilnya untuk diberikan kepada manusia. Orang yang datang itu berkata: Hai Muhammad, berlaku adillah! Beliau bersabda: Celaka engkau! Siapa lagi yang bertindak adil, bila aku tidak adil? Engkau pasti akan rugi, jika aku tidak adil. Umar bin Khathab ra. berkata: Biarkan aku membunuh orang munafik ini, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Aku berlindung kepada Allah dari pembicaraan orang bahwa aku membunuh sahabatku sendiri. Sesungguhnya orang ini dan teman-temannya memang membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1761)
Ciri
Khawarij ini adalah gemar membaca Al Qur’an, mengaku pembela Islam, namun tidak
mengamalkannya. Dia datangi ummat Islam dgn pedang sambil menuduh ummat Islam
melakukan kesyirikan. Padahal Syirik menurut pemahaman Nabi adalah menyembah
berhala. Yang dilakukan Nabi adalah menghancurkan berhala. Bukan membunuh
orang-orang yang dituduh Musyrik:
إِنَّ
أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ رَجُلاً قَرَأَ الْقُرْآنَ حَتَّى إِذَا رُئِيَتْ
بَهْجَتُهُ عَلَيْهِ وَكَانَ رِدْءًا لِلْإِسْلاَمِ انْسَلَخَ مِنْهُ
وَنَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ وَسَعَى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ وَرَمَاهُ
بِالشِّرْكِ ، قَالَ : قُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللهِ ، أَيُّهُمَا أَوْلَى
بِالشِّرْكِ الْمَرْمِيُّ أَوِ الرَّامِي ، قَالَ : بَلِ الرَّامِي
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kamu adalah seseorang
yang membaca Alquran, sehingga apabila telah diperlihatkan kepadanya
keindahannya dan tadinya ia adalah pembela Islam, tiba-tiba ia lepas dari Islam
dan melemparkan (Alquran) ke belakangnya, dan mendatangi tetangganya dengan
membawa pedang dan menuduhnya dengan kesyirikan.” Aku
berkata (periwayat hadis ed.), “Wahai Nabi Allah, siapakah yang lebih layak kepada
kesyirikan, yang dituduh atau yang menuduh?” Beliau menjawab, “Yang
menuduh (lebih layak).” (HR. Al Bazzar)
Kafirnya
Khawarij bukan karena aqidahnya sesat atau karena ibadahnya penuh bid’ah.
Aqidah dan ibadahnya bersih. Namun sikap mereka yang mengkafirkan Muslim lain
itulah yang mengakibatkan mereka jadi kafir. Keluar dari Islam. Khawarij
artinya orang-orang yang keluar (dari Islam).
يَخْرُجُ
قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِي يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَيْسَتْ قِرَاءَتُكُمْ إِلَى
قِرَاءَتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صَلَاتُكُمْ إِلَى صَلَاتِهِمْ شَيْئًا وَلَا
صِيَامُكُمْ إِلَى صِيَامِهِمْ شَيْئًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ
أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهِمْ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ تَرَاقِيَهُمْ
يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ
“Akan keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Alquran, bacaan
kamu dibandingkan dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, demikian pula
shalat dan puasa kamu dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka tidak ada
apa-apanya. Mereka membaca Alquran dan mengiranya sebagai pembela mereka,
padahal ia adalah hujjah yang menghancurkan alasan mereka. Shalat mereka tidak
sampai ke tenggorokan, mereka lepas dari Islam sebagaimana melesatnya anak
panah dari buruannya.” (HR. Abu Dawud)
Bahkan merekapun membawakan hadis-hadis Nabi shallalahu
‘alaihi wa sallam, namun dipahami dengan pemahaman yang tidak benar, sabda Nabi,
يَأْتِي فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ حُدَثَاءُ الْأَسْنَانِ
سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ يَمْرُقُونَ
مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ لَا يُجَاوِزُ
إِيمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ
“Akan ada di akhir zaman suatu kaum yang usianya muda, dan
pemahamannya dangkal, mereka mengucapkan perkataan manusia yang paling baik
(Rasulullah), mereka lepas dari Islam sebagaimana lepasnya anak panah dari
busurnya, iman mereka tidak sampai ke tenggorokan..” (HR
Bukhari)
Pemikiran takfiri (mudah mengkafirkan) adalah pemikiran yang ditakutkan oleh
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk menimpa
umatnya, karena ia berakibat yang tidak bagus dan merugikan Islam dan kaum
muslimin bahkan merusak citra Islam dan mengotori keindahannya. Oleh karena
itu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengecam keras
Khawarij dalam hadis-hadisnya, Abu Ghalib berkata,
رَأَى
أَبُو أُمَامَةَ رُءُوسًا مَنْصُوبَةً عَلَى دَرَجِ مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَقَالَ
أَبُو أُمَامَةَ كِلَابُ النَّارِ شَرُّ قَتْلَى تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ خَيْرُ
قَتْلَى مَنْ قَتَلُوهُ ثُمَّ قَرَأَ { يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ
وُجُوهٌ } إِلَى آخِرِ الْآيَةِ
قُلْتُ لِأَبِي أُمَامَةَ أَنْتَ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ لَمْ أَسْمَعْهُ إِلَّا مَرَّةً
أَوْ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا أَوْ أَرْبَعًا حَتَّى عَدَّ سَبْعًا مَا
حَدَّثْتُكُمُوهُ.
“Abu
Umamah melihat kepala-kepala (kaum Khawarij) yang dipancangkan di jalan Masjid
Damaskus, Abu Umamah berkata, “Anjing-anjing neraka, seburuk-buruknya orang
yang terbunuh di kolong langit, dan sebaik-baiknya yang dibunuh adalah orang
yang dibunuh oleh mereka (Khawarij), kemudian beliau membaca Ayat, “Pada
hari wajah-wajah menjadi putih dan wajah-wajah lain menjadi hitam..”
Sampai akhir ayat.
Aku berkata kepada Abu Umamah, “Engkau mendengarnya dari
Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam?” Beliau menjawab, “Aku
mendengarnya sekali, dua kali, tiga kali, empat kali sampai tujuh kali. Bila
aku tidak mendengarnya, aku tidak akan menyampaikannya kepada kamu.” (HR. At
Tirmidzi).
Tempat
kaum Khawarij berasal. Nabi menunjuk ke arah Timur:
Hadis
riwayat Sahal bin Hunaif ra.:
Dari Yusair bin Amru, ia berkata: Saya berkata kepada Sahal: Apakah engkau pernah mendengar Nabi saw. menyebut-nyebut Khawarij? Sahal menjawab: Aku mendengarnya, ia menunjuk dengan tangannya ke arah Timur, mereka adalah kaum yang membaca Alquran dengan lisan mereka, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama secepat anak panah melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1776)
Dari Yusair bin Amru, ia berkata: Saya berkata kepada Sahal: Apakah engkau pernah mendengar Nabi saw. menyebut-nyebut Khawarij? Sahal menjawab: Aku mendengarnya, ia menunjuk dengan tangannya ke arah Timur, mereka adalah kaum yang membaca Alquran dengan lisan mereka, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama secepat anak panah melesat dari busurnya. (Shahih Muslim No.1776)
Saat
mengatakan itu, Nabi berada di Madinah, Hijaz. Ada pun di timur Madinah/Hijaz
adalah Najd, tempat lahirnya Muhammad bin Abdul Wahhab:
Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada
negeri Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau
berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd
kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah,
berkahilah kami pada negeri Yaman.’ Maka, saya mengira beliau bersabda pada
kali yang ketiga, ‘Di sana terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi),
fitnah-fitnah, dan di sana pula munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari]
Khawarij
ini dengan dalih memurnikan Islam, menghidupkan Sunnah, dsb ternyata malah
memecah belah Islam. Tetaplah dalam Jama’ah / kelompok terbesar Islam. Jangan
mengikuti firqoh mereka:
Dari
Anas berkata : Ada seorang lelaki pada zaman Rasulullah berperang bersama
Rasulullah dan apabila kembali (dari peperangan) segera turun dari kenderaannya
dan berjalan menuju masjid nabi melakukan shalat dalam waktu yang lama sehingga
kami semua terpesona dengan shalatnya sebab kami merasa shalatnya tersebut
melebihi shalat kami, dan dalam riwayat lain disebutkan kami para sahabat
merasa ta’ajub dengan ibadahnya dan kesungguhannya dalam ibadah, maka kami
ceritakan dan sebutkan namanya kepada Rasulullah, tetapi rasulullah tidak
mengetahuinya, dan kami sifatkan dengan sifat-sifatnya, Rasulullah juga tidak
mengetahuinya, dan tatkala kami sednag menceritakannya lelaki itu muncul dan
kami berkata kepada Rasulullah: Inilah orangnya ya Rasulullah. Rasulullah
bersabda : ”Sesungguhnya kamu menceritakan kepadaku seseorang yang diwajahnya
ada tanduk syetan. Maka datanglah orang tadi berdiri di hadapan sahabat tanpa
memberi salam. Kemudian Rasulullah bertanya kepada orang tersebut : ” Aku
bertanya kepadamu, apakah engkau merasa bahwa tidak ada orang yang lebih baik daripadamu
sewaktu engkau berada dalam suatu majlis. ” Orang itu menjawab: Benar”.
Kemudian dia segera masuk ke dalam masjid dan melakukan shalat dan dalam
riwayat kemudian dia menuju tepi masjid melakukan shalat, maka berkata
Rasulullah: ”Siapakah yang akan dapat membunuh orang tersebut ? ”. Abubakar
segera berdiri menuju kepada orang tersebut, dan tak lama kembali. Rasul
bertanya : Sudahkah engkau bunuh orang tersebut? Abubakar menjawab : ”Saya
tidak dapat membunuhnya sebab dia sedang bersujud ”. Rasul bertanya lagi :
”Siapakah yang akan membunuhnya lagi? ”. Umar bin Khattab berdiri menuju orang
tersebut dan tak lama kembali lagi. Rasul berkata: ”Sudahkah engkau membunuhnya
? Umar menjawab: ”Bagaimana mungkin saya membunuhnya sedangkan dia sedang
sujud”. Rasul berkata lagi ; Siapa yang dapat membunuhnya ?”. Ali segera
berdiri menuju ke tempat orang tersebut, tetapi orang terebut sudah tidak ada
ditempat shalatnya, dan dia kembali ke tempat nabi. Rasul bertanya: Sudahkah
engkau membunuhnya ? Ali menjawab: ”Saya tidak menjumpainya di tempat shalat
dan tidak tahu dimana dia berada. ” Rasulullah saw melanjutkan:
”Sesungungguhnya ini adalah tanduk pertama yang keluar dari umatku, seandainya
engkau membunuhnya, maka tidaklah umatku akan berpecah. Sesungguhnya Bani Israel
berpecah menjadi 71 kelompok, dan umat ini akan terpecah menjadi 72 kelompok,
seluruhnya di dalam neraka kecuali satu kelompok ”. Sahabat bertanya : ” Wahai
nabi Allah, kelompk manakah yang satu itu? Rasulullah menjawab : ”Al Jamaah”.
(Musnad Abu Ya’la/ 4127, Majma’ Zawaid/6-229).
.
Rasulullah
saw bersabda: ”Nanti pada akhir zaman akan muncul kaum mereka membaca Al-Quran
ttetapi tidak melebihi kerongkongan, merka memecah Islam sebagaimana keluarnya
anak panah dari busurnya, dan mereka akan terus bermunculan sehingga keluar
yang terakhir daripada mereka bersama Dajjal, maka jika kamu berjumpa dengan
mereka, maka perangilah sebab mereka itu seburuk-buruk makhluk dan
seburuk-buruk khalifah. ” ( Sunan Nasai/4108, Sunan Ahmad/19783 )
Kelompok
Khawarij ini tak segan-segan menista ummat Islam yang berbeda pendapat dengan
mereka dengan berbagai sebutan yang mereka sendiri tidak suka. Padahal itu
dilarang oleh Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang
laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu
lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung
ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Hujuraat
11-12]
“Mencela
sesama muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran” (Bukhari
no.46,48, muslim no. .64,97, Tirmidzi no.1906,2558, Nasa’I no.4036, 4037, Ibnu
Majah no.68, Ahmad no.3465,3708)
Ayat Al
Qur’an dan hadits di atas sering mereka ucapkan. Namun sering pula mereka
langgar sehingga mereka mengumpat dan bersangka buruk terhadap sesama Muslim.
Jika
diingatkan dengan enteng mereka berdalih: “Ah mereka bukan Muslim!”
Tidak
pantas bagi seorang Muslim untuk mudah menganggap sesat atau mengkafirkan
sesama Muslim yang masih sholat dan mengucapkan 2 kalimat syahadah. Jika
begitu, maka mereka itu lemah imannya atau mungkin justru tidak punya iman:
Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang
mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau
mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2)
Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang
terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman
seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada
takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)
Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya
meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah
di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Di saat Usamah, sahabat Rasulullah saw, membunuh orang yang
sedang mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah, ” Nabi menyalahkannya dengan
sabdanya, “Engkau bunuh dia, setelah dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah.”Usamah
lalu berkata, “Dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah karena takut mati.”
Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kamu mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari dan Muslim]
Lihat
hadits di atas saat Usamah berkilah: “Ah dia berpura2″ Ah dia taqiyah! Ah dia
berbohong. Tidak pantas kita berdalih seperti itu karena kita manusia tidak
tahu isi hati mereka. Kita hanya bisa menilai zahir lisan, tulisan, dan
perbuatan mereka.
Meski
mengkafirkan sesama Muslim itu resikonya sangat berat, kaum Khawarij selalu
menemukan cara untuk itu.
Dari
Abu Zar r.a. bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa
yang memanggil orang lain dengan sebutan kekafiran atau berkata bahwa orang itu
musuh Allah, padahal yang dikatakan sedemikian itu sebenarnya tidak, melainkan
kekafiran itu kembalilah pada dirinya sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari
Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Apabila
ada seseorang berkata kepada saudaranya -sesama Muslimnya-: “Hai orang kafir,”
maka salah seorang dari keduanya -yakni yang berkata atau dikatakan- kembali
dengan membawa kekafiran itu. Jikalau yang dikatakan itu benar-benar
sebagaimana yang orang itu mengucapkan, maka dalam orang itulah adanya
kekafiran, tetapi jikalau tidak, maka kekafiran itu kembali kepada orang yang
mengucapkannya sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Mereka
gemar berdusta dan mengadu-domba sesama Muslim meski tahu dosanya amat besar:
Allah Ta’ala berfirman: “Jangan pula engkau mematuhi orang yang
suka mencela, berjalan membuat adu domba.” (al-Qalam: 11)
Dari Hudzaifah r.a. katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak
dapat masuk syurga seorang yang gemar mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w.
berjalan melalui dua buah kubur, lalu bersabda: “Sesungguhnya kedua orang yang
mati ini disiksa, tetapi tidaklah mereka disiksa karena kesalahan besar. Ya,
tetapi sebenarnya besar juga -bila dilakukan secara terus menerus-. Adapun yang
seorang diantara keduanya itu dahulunya -ketika di dunia- suka berjalan dengan
melakukan adu domba, sedang yang lainnya, maka ia tidak suka menghabiskan sama
sekali dari kencingnya -yakni di waktu kencing kurang memperdulikan kebersihan
serta kesucian dari najis-.” Muttafaq ‘alaih. Ini adalah lafaz dari salah satu
riwayat Imam Bukhari. Para ulama berkata bahwa maknanya: “Tidaklah mereka itu
disiksa karena melakukan kesalahan yang besar,” yakni bukan kesalahan besar
menurut anggapan kedua orang tersebut. Ada yang mengatakan bahwa itu merupakan
hal besar -berat- baginya untuk meninggalkannya.
Dari Ibnu Mas’ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: “Tahukah
engkau semua, apakah kedustaan besar itu? Yaitu Namimah atau banyak bicara adu
domba antara para manusia.” (Riwayat Muslim) Al’adhha dengan fathahnya ‘ain
muhmalah dan sukunnya dhad mu’jamah dan dengan ha’ menurut wazan Alwajhu. Ada
yang mengatakan Al’idhatu dengan kasrahnya ‘ain dan fathahnya dhad mu’jamah
menurut wazan Al’idatu, artinya ialah kedustaan serta kebohongan besar. Menurut
riwayat pertama, maka al’adhhu adalah mashdar, dikatakan: ‘adhahahu ‘adhhan
artinya melemparnya dengan kedustaan atau pengadu-dombaan.
Meski
Allah dan RasulNya memerintahkan ummat Islam bersatu, namun kaum Khawarij ini
meski sering mengutip ayat dan hadits tentang itu selalu memecah-belah
persatuan ummat Islam dengan berbagai dalih. Mereka merasa hanya merekalah yang
benar. Yang lain sesat atau kafir:
“Yaitu
orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka.” [Ar Ruum:32]
Mereka
gemar berbantah-bantahan panjang lebar hanya untuk menimbulkan fitnah dan
melemahkan kekuatan Islam.
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu
dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” [Al Anfaal
46]
Sebaliknya
meski mengaku ingin berpegang pada sunnah, namun dengan bersahabat dengan kaum
Yahudi dan Nasrani dan menganggap kaum tersebut lebih baik daripada sesama
Muslim, mereka ingkar Al Qur’an. Ingkar kepada Allah.
Orang-orang
yang beriman tidak akan mengambil kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka
menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [Al
Maa-idah 51]
Hanya
orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah
memusuhi Islam dan membantai ummat Islam:
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam
hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani),
seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan
mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari
sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka
rahasiakan dalam diri mereka.” [Al Maa-idah 52]
Kita
mungkin terkagum-kagum pada ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits-hadits Nabi yang
dibawakan oleh kaum Khawarij tersebut, namun itu semua tidak mereka amalkan.
Bahkan mereka injak-injak. Mereka bersikap keras dan zalim terhadap sesama
Islam dan justru lemah-lembut terhadap orang-orang kafir harbi.
Kaum
Khawarij ini seperti kaum Yahudi yang akan dilempar masuk neraka karena hanya
bicara tanpa melakukan apa yang dia ucapkan:
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)?
Maka tidaklah kamu berpikir?” [Al Baqarah 44]
Pada hari kiamat seorang dihadapkan dan dilempar ke neraka.
Orang-orang bertanya, “Hai Fulan, mengapa kamu masuk neraka sedang kamu dahulu
adalah orang yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah perbuatan mungkar?”
Orang tersebut menjawab, “Ya benar, dahulu aku menyuruh berbuat ma’ruf, sedang
aku sendiri tidak melakukannya. Aku mencegah orang lain berbuat mungkar sedang
aku sendiri melakukannya.” (HR. Muslim)
Kaum
Khawarij ini berpendapat hanya ada 1 kebenaran, yaitu pendapat mereka dan
memaksakan kehendaknya kepada yang lain. Padahal dalam Islam itu ada dikenal
Khilafiyah atau beda pendapat. Oleh karena itulah ada 4 Madzhab: Hanafi,
Maliki, Syafi’ie, dan Hambali. Semua madzhab itu benar. Tidak ada yang salah.
Dan Imam Malik juga menolak saat Sultan Harun Al Rasyid meminta agar Madzhab
Maliki dipakai sebagai satu-satunya Madzhab di negara Islam. Beliau khawatir
nanti di tempat lain yang memakai madzhab lain bisa berontak.
Di
zaman Nabi pun para sahabat biasa berbeda pendapat:
Umar
bin Khattab berkata: “Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqan di
masa hidupya Rasulullah SAW, aku mendengar bacaannya, tiba-tiba ia membacanya
dengan beberapa huruf yang belum pernah Rasulullah SAW membacakannya kepadaku
sehingga aku hampir beranjak dari shalat, kemudian aku menunggunya sampai
salam. Setelah ia salam aku menarik sorbannya dan bertanya: “Siapa yang
membacakan surat ini kepadamu?”. Ia menjawab: “Rasulullah SAW yang
membacakannya kepadaku”, aku menyela: “Dusta kau, Demi Allah sesungguhnya
Rasulullah SAW telah membacakan surat yang telah kudengar dari yang kau baca
ini”.
Setelah
itu aku pergi membawa dia menghadap Rasulullah SAW lalu aku bertanya: “Wahai
Rasulullah aku telah mendengar lelaki ini, ia membaca surat Al-Furqan dengan
beberapa huruf yang belum pernah engkau bacakan kepadaku, sedangkan engkau
sendiri telah membacakan surat Al-Furqan ini kepadaku”. Rasulullah SAW
menjawab: “Hai Umar! lepaskan dia. “Bacalah Hisyam!”. Kemudian ia membacakan
bacaan yang tadi aku dengar ketika ia membacanya. Rasululllah SAW bersabda:
“Begitulah surat itu diturunkan” sambil menyambung sabdanya: “Bahwa Al-Qur’an
ini diturunkan atas tujuh huruf maka bacalah yang paling mudah!”.
Dalam
satu riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW mendengarkan pula bacaan
sahabat Umar r.a. kemudian beliau bersabda: “Begitulah bacaan itu diturunkan”.
Saat
berbeda pun dalam berpuasa di perjalanan para sahabat tidak saling cela. Ada
yang berbuka, ada pula yang tetap berpuasa:
Anas
bin Maalik berkata: “Kami sedang bermusafir bersama dengan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam semasa Ramadhan dan di kalangan kami ada yang
berpuasa, ada yang tidak berpuasa. Golongan yang berpuasa tidak menyalahkan
orang yang tidak berpuasa dan golongan yang tidak berpuasa tidak menyalahkan
orang yang berpuasa. [ hadist riwayat Bukhari and Muslim]
Dari
situ kita tahu bahwa kebenaran itu KADANG-KADANG tidak hanya satu. Bisa 2
bahkan 7 seperti cara membaca Al Qur’an di atas. Nabi membenarkan mereka semua
dan tidak mencela salah satu kelompok. Jika dipaksakan hanya satu meski yang
lain tidak suka, maka akan timbul perpecahan.
Ciri
Khawarij lainnya adalah akhlak yang buruk. Nabi dan ummat Islam yang baik
memiliki akhlak yang mulia. Penuh kasih sayang. Bukan kekejian:
“Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam. ” [Al Anbiyaa' 107]
Nabi
Muhammad itu diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia:
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
(HR. Al Bazzaar)
Paling dekat dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang
yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap
keluarganya. (HR. Ar-Ridha)
Sebaliknya
orang yang akhlaknya rendah, keji, dan suka bermusuhan adalah orang yang
dibenci Allah:
Sesungguhnya Allah membenci orang yang keji, yang berkata kotor
dan membenci orang yang meminta-minta dengan memaksa. (AR. Ath-Thahawi)
Orang yang paling dibenci Allah ialah yang bermusuh-musuhan dengan
keji dan kejam. (HR. Bukhari)
Jadi
jika kita ikut pengajian, tapi gurunya akhlaknya buruk dan kita pun jadi kasar,
niscaya itu pengajian yang sesat.
Kadang
ada orang yang merasa berjihad/mujahid, namun akhlaknya kasar dan sombong.
Tidak punya adab. Ada yang suka menghina sesama Muslim bahkan ulama.
Seolah-olah dia yang mempunyai surga. Padahal Nabi yang merupakan Mujahid Agung
akhlaknya sangat sempurna.
mam Thabari meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa ia menyebutkan tentang Khawarij dan apa yang
ia dapati ketika mereka membaca Al-Qur’an dengan perkataannya: “Mereka beriman
dengan yang muhkam dan binasa dalam ayat mutasyabih“.
(Lihat Tafsir Ath-Thabari, III/181).
Pemahaman
mereka yang keliru itu mengantarkan mereka menyelisihi Ijma’ Salaf dalam banyak
perkara, hal itu dikarenakan oleh kebodohan mereka dan kekaguman terhadap
pendapat mereka sendiri, serta tidak bertanya kepada Ahlu Dzikri dalam perkara
yang mereka samar atasnya.
Jadi
itulah beberapa ciri kaum Khawarij yang sebetulnya jika kita tidak taqlid dan
membaca Al Qur’an dan Hadits dengan cerdas, mereka itu meski dalihnya
menghidupkan Sunnah, pada dasarnya Ingkar Al Qur’an dan Ingkar Sunnah.
Keras dan Kasar
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menyifati kaum
Khawarij bahwa mereka adalah kaum yang kasar lagi keras perangainya, beliau
bersabda,
سَيَخْرُجُ
مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ أَشِدَّاءُ أَحِدَّاءُ ذَلِقَةٌ أَلْسِنَتُهُمْ
بِالْقُرْآنِ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ أَلَا فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَأَنِيمُوهُمْ
ثُمَّ إِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَأَنِيمُوهُمْ فَالْمَأْجُورُ قَاتِلُهُمْ
“Akan keluar dari umatku beberapa kaum yang keras lagi kasar,
lisan-lisan mereka fasih membaca Alquran, namun tidak sampai ke tenggorokan
mereka.” (HR. Ahmad dan lainnya)
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menyifati bahwa
mereka adalah kaum yang amat hebat ibadahnya, beliau bersabda,
يَخْرُجُ
قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِي يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَيْسَتْ قِرَاءَتُكُمْ إِلَى
قِرَاءَتِهِمْ شَيْئًا وَلَا صَلَاتُكُمْ إِلَى صَلَاتِهِمْ شَيْئًا وَلَا
صِيَامُكُمْ إِلَى صِيَامِهِمْ شَيْئًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ
أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهِمْ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ تَرَاقِيَهُمْ
يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ
“Akan keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Alquran, bacaan
kamu dibandingkan dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, demikian pula
shalat dan puasa kamu dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka tidak ada
apa-apanya. Mereka mengira bahwa Alquran itu hujjah yang membela mereka,
padahal ia adalah hujah yang menghancurkan alasan mereka. Shalat mereka tidak
sampai ke tenggorokan, mereka lepas dari islam sebagaimana melesatnya anak
panah dari buruannya.” (HR. Abu Dawud)
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar