Sabtu, 25 Januari 2014

MACAM-MACAM KAFIR
Mei 3, 2013
Ustaz Fathul Bari Mat Jahya
Soalan: Apakah perbedaan kafir zimmi dengan kafir harbi?
Jawapan:
Kafir terbagi kepada empat jenis; Kafir zimmi, kafir mu’ahad, kafir harbi, kafir musta’man.
Kafir zimmi: yaitu orang kafir yang meminta perlindungan dari negara-negara Islam untuk melindungi mereka dengan syarat mereka perlu membayar UANG perlindungan. Al-dzim bermaksud perlindungan.
Apabila dia meminta perlindungan daripada orang Islam, dia tetap kafir. Orang Islam memberi perlindungan kepadanya dengan syarat yang perlu ditunaikan seperti membayar cukai, ufti dan seumpamanya.
Seperti mana kerajaan Islam di bawah pemerintahan Umar memberi perlindungan kepada kerajaan Spanyol dahulu. Mereka perlu membayar kepada kerajaan Islam setiap tahun sebanyak 10 ribu dinar emas. Maka dengan itu umat Islam haram menyakiti atau mengambil hak-hak orang kafir dzimmi.
Sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam di dalam hadis,
مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا فِيْ كُنْهِهِ – أَيْ فِيْ عَهْدِهِ وَأَمَانِهِ- فَلَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ
“Siapa yang membunuh orang kafir yang ada perjanjian dalam kunhi-nya (dalam penjanjian dan jaminan keamanan padanya), maka dia tidak akan mencium bau surga.” (Ahmad dan Abu Dawud)
Kafir mu’ahad: iaitu orang kafir yang ada perjanjian dengan orang Islam, seperti mana orang kafir yang ada di dalam negara kita. Mereka ada perjanjian dengan kita. Mereka merupakan rakyat dalam negara ini.
Selama mana mereka mematuhi perundangan dan perjanjian dalam negara ini maka mereka adalah kafir mu’ahad. Jadi umat Islam dilarang menyakiti mereka, umat Islam dilarang mengambil harta dan hak mereka, hukumnya haram karena mereka adalah orang kafir yang telah mengikat perjanjian dengan kita. Tidak boleh kita sakiti mereka atau melanggar penjanjian yang dibuat dengan mereka.
Kafir Musta’man: yaitu orang kafir pelarian, contohnya yang datang dari Bosnia, Pakistan, India, China dan sebagainya. Sekiranya dia adalah pelarian, masuk ke negara kita dan meminta perlindungan dari kita dan kita pun memberikan perlindungan kepada mereka. Seperti mana disebutkan oleh Allah di dalam Al-Quran,
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْلَمُونَ
“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah dia supaya dia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (Surah At-Taubah: 6)
Haram bagi umat Islam menyakiti kafir musta’man, kita beri mereka masuk dan kita berikan perlindungan kepada mereka.
Kafir harbi: iaitu kafir yang kita perangi mereka (dengan mengikut ketentuan Syarak). Mengapa kita memerangi mereka adalah karena mereka melanggar perjanjian yang termeterai antara mereka dengan kaum Muslimin, seperti Yahudi di Madinah.
Nabi masuk ke Madinah dan orang Yahudi sudah ada di Madinah. Nabi membuat perundangan Islam di Madinah (Piagam Madinah) yang ada di dalamnya 47 fasal. 21 daripadanya adalah untuk menjaga kepentingan kabilah-kabilah Yahudi seluruh Madinah; Bani Qainuqa’, Bani Nadzir, Bani Quraidzah, dan lain-lain.Jadi apabila ada perjanjian, Nabi melarang mengambil hak Yahudi dan Nabi melarang umat Islam menyakiti Yahudi. Tetapi apabila Yahudi melanggar perjanjian dan bekerjasama dengan orang kafir Makkah untuk menyerang Umat Islam di Madinah, maka disebabkan mereka telah melanggar perjanjian, hukumnya mereka ini diperangi dan mereka menjadi kafir harbi.Selain daripada melanggar perjanjian, kafir harbi juga adalah orang kafir yang menghina Islam secara terbuka, dan merendah-rendahkan kedudukan Islam.Namun hukum kafir harbi ini bukanlah hukuman yang kecil, ia hukuman yang berat karena kafir harbi ini sampai ke tahap dia boleh dibunuh. Oleh sebab itu jangan kita sewenang-wenangnya menuduh puak itu kafir harbi atau puak ini kafir harbi. Urusan menjatuhkan hukuman, kita serahkan kepada pihak yang berwajib.Kita menasihatkan supaya semua pihak, Umat Islam dan bukan Islam agar memahami dan mematuhi sistem perundangan dan perlembagaan dalam negara ini. Dengan itu barulah sensitiviti semua pihak dalam bermasyarakat dan perbedaan agama di tanah air kita dapat dijaga dan dipelihara.
Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar